Astronom Temukan Planet Tergelap


Sebuah planet di luar tata surya yang gelap, lebih gelap dari sepotong batu bara, telah ditemukan para astronom. Planet sebesar Jupiter ini mengorbit bintangnya dengan jarak sekitar lima juta kilometer dan kemungkinan temperaturnya 1.200 derajat celcius.
Planet ini mungkin terlalu panas untuk mendukung awan pemantul seperti terlihat di sistem tata surya. nnamun demikian tetap saja tidak bisa menjelaskan mengapa planet ini begitu gelap. Kajian ini akan diterbitkan di jurnal Monthly Notices of the Royal Astronomical Society.
Planet yang disebut TrES-2b karena ditemukan dalam survei eksoplanet Trans-Atlantik tahun 2006. Jaraknya dari bumi sekitar 750 tahun cahaya di konstelasi Draco. Planet ini terletak di jarak pandang teleskop angkasa Kepler yang tujuannya menemukan eksoplanet menggunakan pengukuran cahaya yang sangat sensitif.
Dengan menggunakan data selama empat bulan pertama dari Kepler, David Kipping, peneliti di Center for Astrophysics di Universitas Harvard dan David Spiegel dari Universitas Princeton mengkaji jumlah cahaya terpancar langsung dari TrES-2b.
Mereka mengukur jumlah cahaya dari "sisi malam" planet ketika langsung berada di depan bintangnya. Lalu membandingkan dengan cahaya dari "sisi gelap" sebelum melintasi bintangnya.
Perbedaan keduanya kemudian diukur untuk mengetahui seberapa banyak sinar yang terpantul atau disebut albedo.
Dalam sistem tata surya, awan di Planet Jupiter memantulkan sinar 52%, Bumi memantulkan sinar 37%. Namun tampaknya planet TrES-2b memantulkan sinar kurang dari 1% sinar bintangnya. "Albedo ini lebih gelap dari pada cat acrylic atau batu bara. Aneh," ujar Dr Kipping kepada BBC.
Salah satu penjelasannya barangkali planet itu terlalu panas untuk mendukung awan pemantul yang mengelilingi planet seperti terlihat di sistem tata surya. Namun Kipping dan Spiegel mengatakan ini pun belum dapat akan menjelaskan mengapa TrES-2b begitu gelap. Tidak hanya karena planet gagal memantulkan sinar namun kemungkinan menyerap sinar itu, katanya.

Waspadalah! Badai Matahari akan Sambar Bumi Minggu Ini


TRIBUNNEWS.COM — Dalam beberapa hari ini, akibat tiga letupan besar di permukaan Matahari sepanjang minggu lalu, bakal menimbulkan gelombang badai elektromagnetik. Badai Matahari ini bisa menyebabkan gangguan satelit, perangkat telekomunikasi, serta elektronik.
Pemerintah Amerika Serikat, bahkan secara khusus mengeluarkan peringatan risiko tersebut. "Badai Matahari yang akan terjadi berikutnya mungkin memiliki level sedang atau kuat," kata Joseph Kunches, ilmuwan dari Space Weather Prediction Center, divisi dari National Oceanic and Atmospheric Adaministration (NOAA).
Kunches mengungkapkan, badai Matahari yang terjadi minggu lalu dan berikutnya bisa berdampak pada satelit komunikasi dan Global Positioning System (GPS) dan bahkan dapat menciptakan aurora yang bisa dilihat dari wilayah Minesota dan Winconsin, Amerika Serikat.
Aurora yang tercipta, disebut aurora borealis, merupakan cahaya alami yang bisa dilihat di wilayah Artik dan Antartika. Fenomena itu terbentuk akibat tumbukan antara partikel berenergi tinggi dengan atom di lapisan atas atmosfer.
Menurut NOAA, kerusakan besar akibat badai Matahari jarang terjadi, namun pernah dilaporkan adanya dampak serius. Pada tahun 1989 misalnya, badai Matahari mengakibatkan pembangkit listrik di Quebec, Kanada, lumpuh sehingga warga setempat harus hidup tanpa listrik selama berjam-jam.
Sementara, dampak terbesar badai Matahari terjadi pada tahun 1859. Badai Matahari melumpuhkan sistem komunikasi telegraf di seluruh dunia dan mencipatakan aurora yang bisa dilihat hingga Karibia.
Sistem telegraf dilaporkan terus mengirimkan sinyal walaupun baterai telah dicopot. Bagaimana dengan dampak badai Matahari kali ini? Kunches mengungkapkan, "Saya pikir badai Matahari yang terjadi kali ini tak akan mendekati itu. Ini akan ada pada angka dua atau tiga dari lima pada skala NOAA Space Weather."
Tapi, tetap harus diwaspadai. Badai Matahari pertama yang terjadi minggu lalu mengakibatkan sedikit dampak di Bumi. Sementara badai yang kedua lebih kuat. Yang ketiga, masih belum dilaporkan, tetapi kemungkinannya bisa memperburuk badai Matahari yang kedua atau tidak berdampak sama sekali.
Direktur Space Weather Prediction, Tom Bogdan, mengatakan, puncak badai Matahari terjadi setiap 12 tahun sekali. Seperti dikutip Reuters, Jumat (5/8/2011), ia memperkirakan badai Matahari berikutnya akan terjadi pada tahun 2013

Ikan Lele Albino Raksasa


Ikan lele albino ini tertangkap oleh peserta tur memancing.

SENIN, 1 AGUSTUS 2011, 12:57 WIB




VIVAnews - Seekor ikan lele albino raksasa ditemukan oleh Chris Grimmer di Sungai Ebro, dekat Barcelona, Spanyol. Ikan ini memecahkan rekor sebagai ikan lele albino terbesar yang ditangkap melalui pemancingan.

Saat itu, Chris mengikuti sebuah tur memancing. Awalnya, dia tidak menyangka ikan yang memakan umpannya berukuran raksasa. Chris memerlukan waktu sekitar 30 menit untuk menggulung senar pancingnya setelah umpan yang dia lempar disambar ikan ini.
"Butuh waktu lama untuk menariknya, seperti menarik sebuah bus," kata Chris sebagaimana dimuat laman Daily Mail.
"Setelah itu, saya sangat lelah dan nyaris tak bisa berjalan, tapi tidak sia-sia."
Ikan lele itu kemudian ditimbang. Ternyata, beratnya sekitar 88 kg dengan panjang 2,4 meter. Setelah penimbangan, ikan ini kemudian dilepaskan kembali ke sungai.
Sementara itu, pemandu yang mengorganisir tur itu, Ashley Scott mengatakan sangat yakin tangkapan itu telah memecahkan rekor ikan lele terbesar melalui cara pemancingan. "Kami tahu catatan rekor ikan lele, jadi kami langsung menyadari bahwa itu adalah rekor," kata Scott.
Rekor ikan lele albino terbesar yang berhasil ditangkap sebelumnya dipegang oleh Sheila Penfold dari London, Inggris. Dia berhasil menangkap seekor ikan lele albino seberat 86 kilogram pada Oktober tahun lalu.
Namun, ikan lele terbesar yang pernah ditangkap di muka bumi adalah ikan lele raksasa seberat 293 kg. Ikan ini tertangkap di Sungai Mekong, Thailand pada 2005.

Awan Mirip Tulisan Lafaz Allah

Padangpanjang, Padek—Warga Padangpanjang Jumat (17/6), sekitar pukul 09.00, terkesima menyaksikan awan berbentuk lafaz Allah di langit Serambi Mekkah selama 5 menit.
Fenomena itu mengundang berbagai asumsi di kalangan masyarakat setempat.  

”Pertanda apa ini? Apakah ini pertanda akan terjadi sesuatu? Mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa di negeri ini,” ujar Eni, warga Bukitsurungan, Padangpanjang Barat, spontan.

Warga Padangpanjang benar-benar takjub menyaksikan kekuasaan Allah tersebut.
”Itu (hanyalah) peristiwa biasa. Sama halnya dengan fenomena gerhana matahari atau bulan,” kata Koordinator Forum Mubalig Padangpanjang, Buya Nasrullah. (wr)